Minggu, 26 Juni 2016

Peran Geografi dalam Kehidupan (Matematika dan IAD BAB VI)

A. Peran Geografi dalam Kehidupan
1.      Ada banyak peran manfaat mempelajari geografi, berikut uraiannya.
Geografi sebagai sintesis Penelitian geografi ditujukan untuk menjawab berbagai permasalahan melalui proses ilmiah. Proses ini menggambarkan suatu sintesis ilmu pengetahuan.
2.      Geografi sebagai analisis hubungan keruangan
Pada analisis ini, variabel-variabel yang berhubungan di teliti hubungan, interaksi, dan interdependensinya.
3.      Geografi sebagai kajian pengguna ruang 
Pada kondisi pertumbuhan penduduk yang tinggi efektivitas dan efesiensi penggunaan ruang harus makin di tingkatka. Hal ini disebabkan kehidupan penduduk memerlukan sarana dan prasarana penunjang kehidupan.
4.      Geografi sebagai bidang penelitian
Peran ilmu geografi sebagai bidang penelitian antara lain sebagai berikut:
a.       Mengembangkan dan meningkatkan ilmu geografi. Peran ini berupa pengembangan teori,    konsep, prinsip, dan hukum yang berlaku pada tubuh ilmu pengetahuan tersebut.
b.      Melaksanakan praktis untuk kepentingan pengembangan kehidupan secara langsung, peran ini terwujud dalam bentuk penyusunan alternatif penyelesaian masalah kehidupan dan perencanaan atau pengembangan sarana kehidupan.
5.      Geografi sebagai bidang pendidikan
Peran ilmu geografi sebagai bidang pendidikan antara lain sebagai berikut:
a.       Siswa yang mempelajari geografi dilatih berorientasi serta memproyeksikan diri di dalam ruang, orientasi dan proyeksi ini meliputi unsur-unsur keruangan seperti arah, jarak, luas, dan bangunan.
b.      Siswa yang mempelajari geografi telatih mengamati dan memahami relasi anatara berbagai gejala pada suatu wilayah.
c.       Geografi mengajarkan siswa untuk menghayati alam sehingga membangkitkan apresiasi untuk melestarikan alam
d.      Siswa yang mempelajari geografi di ajak menyadari kondisi wilayah negaranya, baik sekarang maupun di masa lampau.
e.        
B.     Peranan Geografi Dalam Pembangunan Berkelanjutan
Geografi sebagai salah satu disiplin ilmu, yang memandang pembangunan dari berbagai sisi, atau menggunakan cara pandang yang holistik, turut berusaha mencari solusi permasalahan pembangunan. Secara umum, geografi mampu menjelaskan berbagai fenomena perbedaan yang terjadi antara satu tempat dengan tempat yang lain. Atau minimal, geografi memiliki sense of place yang lebih tinggi dibandingkan dengan disiplin ilmu lain.
Jika disiplin ilmu lain selalu menjelaskan fenomena dengan menggunakan sistem thinking yang telah terjadi, maka geografi berusaha menjelaskan fenome secara aktual. Contoh kasus adalah pembangunan jalur busway di Jakarta, yang sesungguhnya dirancang oleh orang Teknik Sipil – UI. Pendekatan yang dilakukan pada awalnya, yakni untuk mengatasi kemacetan di Jakarta, dalam tanda kutip bisa dinyatakan tidak berhasil. Hal ini karena pendekatan program dijalankan menggunakan pendekatan kuantitatif, atau untuk rugi dalam mengatasi permasalahan kemacetan. Sehingga dapat dikatakan program kurang berhasil. Perhitungan yang dilkukan lebih banyak menghitung kost pengembalian, tapi kost kerusakan lingkungan tidak pernah terhitung.
Ada pendekatan pembangunan yang sedang dirumuskan kembali, bahkan dirancang sudah mendunia yakni Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS). Dalam pendekatanya, KLHS berusaha menggagas visi pembangunan berkelanjutan yang dimulai dari pembuatan kebijakan. Hal ini penting karena banyak kerusakahan lingkungan yang disebabakan oleh pembanguna itu sendiri. Sebagai sebuah proses yang sistematis, KLHS berusaha menggagas pembangunan yang bervisikan berkelanjutan. Secara umum, KLHS berusaha meningkatkan manfaat pembangun, mengurangi kemungkinan kekeliruan dalam pembuatan perkiraan pada awal proses perencanaan kebijakan atau projek pembangunan.

C.     Gejala Geografi dalam Kehidupan Sehari-hari
Beberapa gejala geografi dalam kehidupan sehari-hari yang sering terjadi di daerah-daerah tertentu antara lain cuaca, iklim, gempa bumi, vulkanisme, dan angin. Sebelumnya telah dijelaskan Aspek-aspek Geografi, berikut ini akan dijelaskan beberapa gejala:
1.      Cuaca - Gejala Geografi dalam Kehidupan Sehari-Hari
Cuaca adalah keadaan rata-rata pada suatu tempat, meliputi daerah yang sempit, dan waktunya relatif singkat. Cuaca sangat memengaruhi kehidupan manusia di muka bumi. Keadaan cuaca dapat diperkirakan dengan cara pengamatan. Pengamatan dilakukan terhadap unsur-unsur cuaca misalnya suhu udara, tekanan udara, kelembapan, angin, keadaan awan, dan curah hujan.
2.      Iklim
Berikutnya yakni iklim. Iklim merupakan rata-rata keadaan cuaca pada suatu wilayah yang luas dan dalam waktu yang lebih lama. Iklim sangat berpengaruh pada pergantian musim yang ada di Indonesia. Keberadaan musim penghujan dan musim kemarau di Indonesia sangat berpengaruh pada kehidupan petani khususnya untuk kelangsungan hidup tanaman-tanaman semusim, di mana pada musim kemarau petani akan menanam palawija dan pada musim penghujan petani akan menanam padi. Keadaan iklim di permukaan bumi sangat bervariasi tergantung pada letak lintang dan bentuk daerah. Unsur-unsur iklim antara lain, pola suhu atau temperatur udara, pola tekanan udara, dan pola kelembapan udara.
3.      Gempa Bumi
Gempa bumi adalah gejala alam yang memengaruhi kehidupan manusia. Gempa bumi dapat dibedakan menjadi tiga yaitu gempa bumi runtuhan (terban), gempa bumi tektonik, dan gempa bumi vulkanik. Manusia sampai saat ini hanya bisa meramalkan akan adanya gempa bumi, tetapi belum bisa memastikan kapan terjadinya gempa bumi, sehingga hal yang terpenting adalah kewaspadaan penyelamatan diri ketika terjadi bencana tersebut.
4.      Vulkanisme
Vulkanisme adalah peristiwa naiknya magma dari dalam perut bumi menuju permukaan bumi. Magma merupakan campuran batu-batuan dalam keadaan cair, liat, dan sangat panas. Aktivitas magma sangat dipengaruhi oleh tingginya suhu magma dan banyaknya gas yang terkandung di dalamnya. Magma dapat berbentuk gas, padat, dan cair. Vulkanisme juga merupakan salah satu gejala geografi dalam kehidupan sehari-hari.
5.      Angin
Perbedaan tekanan udara di beberapa tempat menimbulkan aliran udara dari tempat yang bertekanan tinggi ke tempat bertekanan rendah yang disebut dengan angin. Untuk mengetahui arah angin dapat digunakan bendera angin dan untuk mengetahui kecepatan angin di gunakan alat yang di sebut dengan anemometer. Angin terjadi sepanjang tahun atau setiap musim dengan intensitas yang berbeda-beda. Angin sangat diperlukan manusia, khususnya bagi para nelayan yang menggantungkan pada arah dan kecepatan angin dalam aktivitasnya mencari ikan di laut.

D.    Mengartikan Geografi Manusia
a.       Votes
Pada umumnya, Geografi sebagai sebuah disiplin ilmu terbagi menjadi dua bagian-besar, yaitu geografi fisik dan geografi manusia (human geography). Gerald R. Pitzl (2004:127), geografi manusia termasuk bidang kajian yang sangat luas. Semua kajian geografi termasuk kajian geografi manusia, kecuali geografi fisik dan kartografi. Hal ini menunjukkan bahwa geografi itu ada 3, yakni geografi fisik, geografi manusia dan geografi teknik (contoh kartografi dan  SIG).
Pemilahan kajian, menjadi geografi fisik dan geografi manusia, terjadi pada akhir abad XIX dan awal abad XX. Ironisnya, pemilahan seperti itu menjadi tetap tidak mulus, karena geografi dianggapnya sebagai kajian ruang-muka bumi kaitannya dengan manusia.  Karena itu, bagi pandangan tertentu, pemilihan  geografi menjadi geografi manusia dan geografi fisik, dianggapnya menjadi tidak relevan.
Khusus dalam konteks wacana ini, penyebutan geografi fisik atau manusia, lebih disebabkan karena masalah pengarusutamaannya saja. Bila kajiannya, dimaksudkan untuk mengkaji aspek manusia, dengan data-data geografi fisik,  atau dalam bahasa statistik, aspek kemanusiaannya lebih dominan dibandingkan aspek fisik, disebut sebagai geografi manusia. Sedangkan, bila penelitian geografi itu, pengarusutamaannya pada aspek fisik, dengan informasi budaya atau manusia sebagai imbuhannya, kajian itu disebutnya geografi fisik.  Khusus untuk konteks ini, dan untuk memantapkan pemahaman kita mengenai geografi manusia, kita akan melakukan telaahan kritis terhadap makna geografi manusia.
Terdapat ragam definisi atau batasan pengertian mengenai geografi manusia. Batasan definisi geografi yang mengandung sikap kritis dan analitis, dikemukakan Erin H. Fouberg,  Alexander B. Murphy,  H. J. de Blij. Dalam karya bersamanya  (Fouberg, Murphy dan de Blij, 2009:8) mengatakan bahwa Geografi Manusia:
Memfokuskan kajian terhadap bagaimana manusia memanfaatkan tempat, bagaimana manusia mengorganisasir masyarakat dan ruang, bagaimana manusia melakukan interaksi dengan sesama yang laiinya pada satu tempat dengan tempat lain, dan bagaimana mereka memiliki kepekaan terhadap yang lain, dan lokasi, region serta dunianya.
Dari batasan makna geografi manusia itu, ada empat pokok pikiran yang menunjukkan identitas kajian geografi manusia.  Pertama, kajian mengenai pola perilaku manusia dalam memanfaatkan tempat.  Setiap orang memiliki persepsi, penilaian, dan tindakan nyata yang berbeda terhadap tempat. Sebuah pohon besar dan rindang, akan dinilai berbeda oleh setiap orang. Orang bernalar ekonomi, akan memandangnya sebagai modal kekayaan untuk mendapatkan uang, dan dia berniat untuk menebang serta menjual kayunya. Seorang arsitek akan memandangnya sebagai bahan yang baik untuk membuat rumah atau seni kerajinan. Seorang yang mistik, akan menjadikannya sebagai tempat pemujaan. Sementara seorang ekolog, akan memandangnya sebagai modal utama dalam menjaga kelestarian lingkungan.  Kajian mengenai keragaman manusia dalam memanfaatkan tempat dan sumberdaya yang ada di tempat tersebut, merupakan kajian geografi manusia.
Kedua, geografi manusia melakukan kajian mengenai pola dan perilaku manusia dalam mengorganisasir masyarakat dan ruang. Tempat, sebagaimana yang dikemukakan sebelumnya, tidak sekedar individu atau parsial. Sebuah tempat,  seperti sawah, misalnya, merupakan lokasi yang dihuni oleh berbagai komponen lainnya.  Geografi melakukan kajian mengenai pola dan perilaku manusia dalam mengelola ruang-ruang tersebut. Karena ruang yang ada, bukan sekedar tempat menyimpan barang, tetapi membutuhkan penataan yang baik, sehingga bisa dijadikan sebagai tempat tinggal manusia.
Ketiga, geografi manusia mengkaji mengenai interaksi antara manusia dengan tempat dan interakasi keruangan. Getis, Getis dan Fellmann (2008), menyebut aspek ini sebagai aspek interaksi keruangan. Sosiologi mengkaji mengenai interaksi sosial, sementara geografi manusia mengkaji mengenai interaksi keruangan. Di dalam kajian ini, geografi manusia berusaha unuk mengkaji mengenai interaksi manusia dengan lingkungannya, dan interaksi ruang satu dengan ruang yang lainnya.
Terakhir, merujuk pada pandangan Fouberg, Murphy dan de Blij (2009:8), geografi manusia berusaha untuk mengkaji mengenai kepekaan dan rasa memiliki manusia terhadap lokasi, region dan dunianya. Aspek ini, biasa disebut dengan sense of place.  Keragaman rasa memiliki  tempat (sense of place), bukan sekedar terhadap rumah, desa, negara, tetapi juga terhadap planet bumi ini. Target pelestarian bumi, dan penyelamatan lingkungan, pada dasarnya bersandar pada besarannya sense of place. Kerusakan lingkungan, adalah contoh nyata rendahnya sense of place dari manusia.
Untuk memahami hakikat geografi, kita bisa menggunakan kalimat pertanyaan untuk mengujinya. Dalam hal ini, kita bisa meminjam pertanyaan yang diajukan Marvin Mikesell (Fouberg, Murphy dan de Blij, 2009:9) yang berupaya untuk menjelaskan hakikat geografi. Dalam kesempata itu Marvin Mikesell, mengatakan bahwa geografi itu adalah ilmu yang berupaya menjawab pertanyaan “why of where”.
Oleh karena itu, mudah diterima bila Fellmann, Getis,  dan Getis (2003:5) berpendapat bahwa geografi manusia berkaitan dengan kajian mengenai dunia sebagaimana adanya, dan dunia-sebagaimana-menjadi.  Geografi manusia mengkaji tentang penduduk, dimana mereka, apa yang mereka sukai dan lakukan, bagaimana mereka berinteraksi denagn ruang dan ruang yang lainnya, dan bagaimana pola manusia dalam menggunakan alam dan sumberdaya alam. Batasan makna yang diajukannya itu, sejalan dengan hakikat geografi yang disampaikan Marvin Mikesell.
Berdasarkan pertimbangan itu, dapat disederhanakan bahwa geografi manusia merupakan disiplin ilmu geografi yang mengkhususkan kajian mengenai keragaman fenomena manusia terkait dengan perilaku keruangannya.  Dalam perilaku keruangannya tersebut, erat kaitannya dengan persepsi ruang, pengetahuan, emosi dan tindakan keruangan.

SUMBER :


Perkembangbiakan Aseksual dan Seksual (Matematika dan IAD BAB V)


A.    Perkembangbiakan Seksual
Pada reproduksi seksual tidak selalu terjadi pembuahan, namun kadang-kadang dapat terbentuk individu baru tanpa adanya pembuahan, sehingga reproduksi secara kawin pada hewan invertebrata dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
·         Tanpa pembuahan, yaitu pada peristiwa Partenogenesis, sel telur tanpa dibuahi dapat tumbuh menjadi individu baru. Misalnya pada lebah jantan dan semut jantan.
·         Dengan pembuahan, dapat dibedakan atas konjugasi dan anisogami. Konjugasi, ini terjadi pada invertebrata yang belum jelas alat reproduksinya misalnya Paramecium. Anisogami, yaitu peleburan dua asel kelamin yang tidak sama besarnya, misalnya peleburan mikrogamet dan makrogamet pada Plasmodium, dan peleburan sperma dengan ovum di dalam rahim.
Contoh :
1.      Aves
Fertilisasi internal dengan kloaka. Semua jenis burung bereproduksi dengan cara bertelur (ovipar). Ada burung yang mengerami telurnya, ada yang menyimpannya dalam lubang-lubang yang ditutupi daun, ada pula yang menyimpan telurnya didalam pasir. Seekor burung sekali musim hanya mampu bertelur beberapa butir saja. Pada burung merpati, sekali musim bertelur mengeluarkan 2 butir telur yang akan menetas menghasilkan burung jantan dan betina. Embrio yang berkembang dalam cangkang mendapat makanan dari cadangan makanan yang tersimpan dalam telur tersebut.
2.      Amfibi
Seperti pada ikan, katak juga bertelur dengan fertilisasi eksternal. Telur yang telah dibuahi akan bergerombol dipermukaan air. Setelah enam hari telur akan menetas menghasilkan berudu atau kecebong. Berudu hidup di dalam air dan bernafas dengan insang. Setelah mengalami metamorfosis selama 1- 3 bulan, ia akan berubah bentuk menjadi katak. Pada umur satu tahun katak telah menjadi dewasa.

B.     Perkembangbiakan Aseksual
Dalam reproduksi aseksual, suatu individu dapat melakukan reproduksi tanpa keterlibatan individu lain dari spesies yang sama. Pembelahan sel bakteri menjadi dua sel anak adalah contoh dari reproduksi aseksual. Walaupun demikian, reproduksi aseksual tidak dibatasi kepada organisme bersel satu. Kebanyakan tumbuhan juga memiliki kemampuan untuk melakukan reproduksi aseksual.

a.       Perkembangbiakan secara aseksual pada hewan invertebrata terjadi dengan cara:
·         Membelah diri (pembelahan biner), yaitu pembelahan diri dari satu sel menjadi dua sel baru. Misalnya, terjadi pada Protozoa.
·         Fragmentasi, yaitu pemisahan sebagian sel dari suatu koloni dan selanjutnya membentuk koloni sel baru. Misalnya, terjadi pada Volvox.. Sporulasi atau pembentukan spora, misalnya Plasmodium (penyebab malaria) pada fase oosit. Oosit akan membelah dan selanjutnya akan menghasilkan sporozoit. Pembentuhan tunas, misalnya pada hewan Hydra dan Porifer.
·         Dengan regenerasi, yaitu sebagian tubuh terpisah dan selanjutnya bagian tadi dapat tumbuh menjadi individu baru yang lengkap. Misalnya pada Planaria dan Bintang Laut
Reproduksi adalah suatu proses biologis di mana individu organisme baru diproduksi. Reproduksi adalah cara dasar mempertahankan diri yang dilakukan oleh semua bentuk kehidupan; setiap individu organisme ada sebagai hasil dari suatu proses reproduksi oleh pendahulunya. Cara reproduksi secara umum dibagi menjadi dua jenis: seksual dan aseksual.
Dalam reproduksi aseksual, suatu individu dapat melakukan reproduksi tanpa keterlibatan individu lain dari spesies yang sama. Pembelahan sel bakteri menjadi dua sel anak adalah contoh dari reproduksi aseksual. Walaupun demikian, reproduksi aseksual tidak dibatasi kepada organisme bersel satu. Kebanyakan tumbuhan juga memiliki kemampuan untuk melakukan reproduksi aseksual.
Reproduksi seksual membutuhkan keterlibatan dua individu, biasanya dari jenis kelamin yang berbeda. Reproduksi manusia normal adalah contoh umum reproduksi seksual. Secara umum, organisme yang lebih kompleks melakukan reproduksi secara seksual, sedangkan organisme yang lebih sederhana, biasanya satu sel, melakukan reproduksi secara aseksual.

a.       Reprosuksi Seksual
-          Mula-mula Hifa berbeda jenis saling berdekatan.
-          Hifa betina akan membentuk Askogonium dan hifa jantan akan membentuk Anteridium, masing-masing berinti haploid.
-          Dari askogonium akan tumbuh Trikogin yaitu saluran yang menghubungkan askogonium dan anteridium.
-          Melalui trikogin anteridium pindah dan masuk ke askogonium sehingga terjadi plasmogami.
-          Askogonium tumbuh membentuk sejumlah hifa askogonium yang dikarion. Pertumbuhan terjadi karena pembelahan mitosis antara inti-inti tetapi tetap berpasangan.
Pada ascomycota yang memiliki badan buah, kumpulan hifa askogonium yang dikariotik ini membentuk jalinan kompak yang disebut Askokarp. Ujung-ujung hifa pada askokarp membentuk askus dengan inti haploid dikariotik. Di dalam askus terjadi kariogami menghasilkan inti diploid. Di dalam askus terdapat 8 buah spora. Spora terbentuk di dalam askus sehingga disebut sporaaskus. Spora askus dapat tersebar oleh angin. Jika jatuh di tempat yang sesuai, spora askus akan tumbuh menjadi benang hifa yang baru.
Catatan: Di dalam askus terdapat 8 buah spora karena 2 inti diploid melakukan pembelahan meiosis menghasilkan 4 inti haploid. Setiap haploidakan membelah secara mitosis sehingga setiap askus terdiri dari 8 buah spora

b.      Reproduksi Aseksual
Reproduksi aseksual adalah proses reproduksi dimana keturunan timbul dari orangtua tunggal, dan mewarisi gen dari satu orang tua. Aseksual adalah reproduksi yang tidak melibatkan meiosis, ploidi pengurangan, atau fertilisasi. Sebuah definisi yang lebih ketat adalah agamogenesis yang adalah reproduksi tanpa fusi gamet. Reproduksi aseksual adalah bentuk reproduksi organisme bersel tunggal seperti archaea, bakteri, dan protista. Banyak tanaman dan jamur bereproduksi secara aseksual juga.
Sementara semua prokariota bereproduksi secara aseksual (tanpa pembentukan dan fusi gamet), mekanisme transfer gen lateral yang seperti konjugasi, transformasi, dan transduksi kadang-kadang disamakan dengan reproduksi seksual. Kurang lengkapnya reproduksi seksual relatif jarang terjadi di antara organisme multiseluler, terutama hewan. Hal ini tidak sepenuhnya mengerti mengapa kemampuan untuk bereproduksi secara seksual begitu umum di antara mereka. Hipotesis saat ini menunjukkan bahwa reproduksi aseksual mungkin memiliki manfaat jangka pendek ketika pertumbuhan penduduk yang cepat adalah penting atau dalam lingkungan yang stabil, sedangkan reproduksi seksual menawarkan keuntungan bersih dengan generasi yang lebih cepat memungkinkan keragaman genetik, memungkinkan adaptasi terhadap perubahan lingkungan. Kendala perkembangan mungkin mendasari mengapa beberapa hewan telah melepaskan reproduksi seksual sepenuhnya dalam siklus hidup mereka. Reproduksi aseksual misalnya, Membelah diri, Tunas (Reproduksi), Reproduksi vegetatif, Fragmentasi, Sporogenesis, Partenogenesis, dan Apomiksis.
·         contoh reproduksi pada tanaman Sarcoscypha coccinea
-          Sarcoscypha coccine
Dilakukan dengan membentuk kuncup. Kuncup terbentuk pada sel induk yang kemudian lepas. kadang-kadang kuncup tetap melekat pada induk selnya membentuk rantai sel yang disebut hifasemu atau pseudohifa
SUMBER
https://alvinwardana.wordpress.com/2014/05/12/perkembangbiakan-secara-seksual-dan-aseksual/


Asal Mula Kehidupan Dibumi (Matematika dan IAD BAB IV)

A.    ASAL MULA KEHIDUPAN DIBUMI
Awal mulanya dunia ini hanya sebatas planet yang kosong dan lama kelamaan dunia ini penuh dengan makhluk – makhluk yang menempati bumi ini dan mulailah terjadi kehidupan di dunia ini. Sejarah kehidupan dibumi dapat diungkap melalui fosil. Fosil telah menjadi bukti yang paling kuat untuk menjelaskan tentang kejadian makroevolusi. Makroevolusi merupakan perubahan dalam skala besar diatas tingkatan spesies yang berlangsung dalam jangka waktu yang sangat lama. Kebanyakan fosil ditemukan tertanam dalam batuan sediment. Melalui prose alami yang panjang, sediment-sedimen dapat tersusun secara berlapis-lapis membentuk strata (tingkatan). Setiap lapisan strata, disebut catatan fosil berguna bagi ilmuwan untuk menjelaskan sejarah kehidupan dibumi. Studi kasus yang mempelajari catatan fosil disebut paleontology. Dibawah ini adalah beberapa teori asal mula kehidupan dibumi.
Bumi kita dahulu terbentuk dalam keadaan hangat dan pijar yang secara perlahan – lahan bumi mengadakan kondensasi atau lebih dingin sehingga pada suatu saat terbentuklah kerak atau kulit bumi. Bagian yang berbentuk cair membentuk samudera atau hidrosfer, sedangkan bagian yang berbentuk gas disebut atmosfer dan yang berbentuk padat disebut litosfer. Lapisan bumi yang dihuni oleh berbagai makhluk hidup melangsungkan kehidupannya disebut biosfer. Dalam kehidupan makhluk hidup tersebut, terbentuk suatu sistem hubungan antara makhluk hidup dengan materi dan energi yang mengelilinginya.

1.      Teori Asal-usul kehidupan di Bumi
a.       Hidup dari Tuhan
Pendapat ni lebih dikenal dengan paham , Penciptaan Khusus yang mengandung arti bahwa Tuhan Langsung turun tangan . Ilmuwan Tidak menolak anggapan ini , tetapi semacam itu diluar taraf dan batas ilmu pengetahuan. Pendapat ini Dikenal dengan sebutan Teori Transedental , yang berpendapat bahwa semua ciptaan dari sisi “Religi “ adalah Ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa dan itu luar jangkauan sains.

b.      Teori Cozmozoa
Teori ini mengatakan bahwa Mahluk Hidup Berasal Dari Luar Angkasa , Diperkirakan suatu benda berat telah menyebarkan benda hidup dan benda hidup itu meruapakan suatu partikel – partikel kecil. Teori ini berdasarkan dua asumsi :
·         Benda hidup itu ada / telah ada di suatu tempat dalam alam semesta ini
·         Hidup itu dapat dipertahankan selama perjalanan antarbenda angkasa di bumi

c.       Teori Fluger
Teori menyatakan bahwa Bumi itu berasal dari suatu materi yang sangat panas sekali , yang mengandung Karbon dan Nitrogen sehingga terbentuk Cyanogen . Senyawa itu dapat terjadi pada suhu yang sangat tinggi , dan selanjutnya terbentuk zat protein protoplasma yang menjadi mahluk hidup.

d.      Teori Moore
Teori ini menyatakan bahwa Hidup dapat muncul dari kondisi yang cocok atau pas dari bahan Organik pada saat bumi mengalami pendinginan dalam kondisi tersebut muncullah hidup itu .

e.       Teori Allen
Bahwa saat keadaan berdifusi ( bumi itu keadaannya seperti sekarang ), beberapa reaksi terjadi yaitu energi yang datang dari sinar matahari diserap oleh zat besi yang lembabdan menimbulkan pengaturan atom, Interaksi antara Nitrogen, Karbon, Hidrogen, Oksigen dan Sulfur, yang nantinya akan membentuk zat-zat yang difus yang akhirnya membentuk potoplasma benda hidup.

f.       Generatio Spontanea
Sebelum abad 17 orang menganggap bahwa makhluk hidup itu terbentuk secara spontan atau terbentuk dengan sendirinya. Contoh : Ulat timbul dengan sendirinya dari bangkai tikus, cacing timbul dengan sendirinya dari dalam lumpur, dari gudang padi, ternyata munculah tikus.Faham ini disebut juga abiogenesis makhluk hidup dapat terbentuk dari bukan makhluk hidup, misalnya dari lumpur timbul cacing. faham ini antara lain dipelopori oleh Aristoteles.

g.      Omne Vivum Ex Ovo
Fransisco Redi (1626-1697) ahli biologi bangsa Italia dapat membuktikan bahwa ulat pada bangkai tikus berasal dari telur lalat yang meletakan telurnya dengan sengaja di situ. Dari berbagai percobaannya yang serupa ia memperoleh kesimpulan yang serupa yaitu bahwa asal mula kehidupan itu adalah telur atau omne vivum ex ovo.

h.      Omne Ovo Ex Vivo
Lazzaro Spallanzani (1729 - 1799) juga ahli bangsa Italia dengan percobaannya terhadap kaldu, membuktikan bahwa jasad renik atau mikroorganisme yang mencemari kaldu dapat membusukkan kaldu itu. Bila kaldu ditutup rapat setelah mendidih maka tidak terjadi pembusukan. Ia mengambil kesimpulan bahwa untuk adanya telur harus ada jasad hidup terlebih dahulu. Maka muncullah teorinya omne ovo ex vivo atau telur itu berasal dari makhluk hidup.

i.        Omne Vivum Ex Vivo
Louis Pasteur (1822-1895) sarjana kimia Perancis melanjutkan percobaan Spallanzani dengan percobaan berbagai mikroorganisme. akhirnya ia berkesimpulan bahwa harus ada kehidupan sebelumnya, agar tumbuh kehidupan yang baru atau disebut omne vivum ex vivo. Teori ini disebut juga teori Biogenesis dengan konsep dasar bahwa yang hidup itu tentu berasal dari yang hidup juga. Dengan teori biogenesis ini maka teori abiogenesis ditinggalkan orang. Akan tetapi dengan demikian asal mula kehidupan mulai kembali menjadi masalah yang belum terungkap, namun hampir semua para ahli sependapat bahwa asal mula kehidupan itu timbul di bumi kita ini, bukan dari angkasa luar.
j.        Teori Urey
Harold Urey (1893) seorang ahli kimia dari Amerika Serikat mengemukakan bahwa atmosfer bumi pada awal mulanya kaya akan gas-gas metana (CH4), amoniak (NH3), hidrogen (H2) dan air (H2O). Zat-zat itu merupakan unsur-unsur penting yang terdapat dalam tubuh makhluk hidup. Diduga karena adanya energi dari aliran listrik halilintar dan radiasi sianr kosmos unsur-unsur itu mengadakan reaksi-reaksi kimia membentuk zat-zat hidup. Zat hidup yang mula-mula terbentuk kira-kira sama dengan keadaan virus yang kita kenal sekarang. Zat itu berjuta-juta tahun berkembang menjadi berbagai jenis organisme.

k.      Teori Oparis Haldane
Alenxande I. Oparin , ahli biologi Rusia mempublikasikan tentang asal mula kehidupan , Rangkuman pendapat itu adalah jasad hidup terbentuk dari senyawa kimiawi dalam laut pada saat atmosfer bumi belum mengandung oksigen bebas . Senyawa terebut ( asam Amino sederhana , Purin , basa pirimidin serta senyawa senyawa golongan gula , kemudian terbentuk pula senyawa polipedia asam- asam polinuleat dan polisakarida yang semuanya terbntuk berkat bantuan sinaqr ultraviolet , kilatan listrik , panas dan radiasi.
Jasad Hidup Pertama disebut protobion , yang hidup dalam laut kira-kira 5-10 meter dibwah permukaan laut . Ditempat itulah mereka terhindar dari sinar ultraviolet intensitas tinggi dan sinar matahari yang mematikan . Ketika jasad hidup berkembang menjadi lebih sempurna dan mampu memproduksi oksigen maka lama kelamaan terdapat lapisan pelindung berupa Ozon di atmosfer bumi kemudian , kehidupan merayap di pantai dan akhirnya memenuhi daratan Teori ini kembali ke teori Generatio Spontane tapi melalui proses evolusi ratusan juta tahun lamanya.

2. Perbedaan Teori Abiogenesis dan Teori Biogenesis
a.      Teori Abiogenesis
Tokoh teori Abiogenesis adalah Aristoteles (384-322 SM). Dia adalah seorang filosof dan tokoh ilmu pengetahuan Yunani Kuno. Teori Abiogenesis ini menyatakan bahwa makhluk hidup yang pertama kali menghuni bumi ini berasal dari benda mati. Sebenarnya Aristoteles mengetahui bahwa telur-telur ikan apabila menetas akan menjadi ikan yang sifatnya sama seperti induknya. Telur-telur tersebut merupakan hasil perkawinan dari induk-induk ikan. Walau demikian, Aristoteles berkeyakinan bahwa ada ikan yang berasal dari Lumpur.
Bagaimana cara terbentuknya makhluk tersebut? Menurut penganut paham abiogenesis, makhluk hidup tersebut terjadi begitu saja atau secara spontan. Oleh sebab itu, paham atau teori abiogenesis ini disebut juga paham generation spontaneae. Jadi, kalau pengertian abiogenesis dan generation spontanea kita gabungkan, mak pendapat paham tersebut adalah makhluk hidup yang pertama kali di bumi tersebut dari benda mati / tak hidup yang terkjadinya secara spontan, misalnya :
1.      Ikan dan katak berasal dari Lumpur.
2.      Cacing berasal dari tanah, dan.
3.      Belatung berasal dari daging yang membusuk.
Paham abiogenesis bertahan cukup lama, yaitu semenjak zaman Yunani Kuno.
Pada pertengahan abad ke-17, Antonie Van Leeuwenhoek menemukan mikroskop sederhana yang dapat digunakan untuk mengamati benda-benda aneh yang amat kecil yang terdapat pada setetes air rendaman jerami. Oleh para pendukung paham abiogenesis, hasil pengamatan Antonie Van Leeuwenhoek ini seolah-olah memperkuat pendapat mereka

b.      Teori Biogenesis 
Walaupun telah bertahan selama ratusan tahun, tidak semua orang membenarkan paham abiogenesis. Orang -orang yang ragu terhadap kebenaran paham abiogenesis tersebut terus mengadakan penelitian memecahkan masalah tentang awal mula kehidupan. Orang-orang yang tidak puas terhadap pandangan Abiogenesis itu antara lain Francesco Redi (Italia, 1626-1799), dan Lazzaro Spallanzani ( Italia, 1729-1799), dan Louis Pasteur (Prancis, 1822-1895). Beredasarkan hasil penelitian dari tokoh-tokoh ini, akhirnya paham Abiogenesis / generation spontanea menjadi pudar karena paham tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

3. Berbagai percobaan yang di lakukan Para Pencetus Teori
a.      Percobaan Francesco Redi (1626-1697)
Untuk menjawab keragu-raguannya terhadap paham abiogenesis, Francesco Redi mengadakan percobaan. Pada percobaannya Redi menggunakan bahan tiga kerat daging dan tiga toples. Percobaan Redi selengkapnya adalah sebagai berikut:
·         Stoples I : diisi dengan sekerat daging, ditutup rapat-rapat.
·         Stoples II : diisi dengan sekerat daging, dan dibiarkan tetap terbuka.
·         Stoples III : disi dengan sekerat daging, dibiarkan tetap terbuka.
Selanjutnya ketiga stoples tersebut diletakkan pada tempat yang aman. Setelah beberapa hari, keadaan daging dalam ketiga stoples tersebut diamati. Dan hasilnya sebagai berikut:
·         Stoples I : daging tidak busuk dan pada daging ini tidak ditemukan jentik / larva atau belatung lalat.
·         Stoples II : daging tampak membusuk dan didalamnya ditemukan banyak larva atau belatung lalat.
Berdasarkan hasil percobaan tersebut, Francesco redi menyimpulkan bahwa larva atau belatung yang terdapat dalam daging busuk di stoples II dan III bukan terbentuk dari daging yang membusuk, tetapi berasal dari telur lalat yang ditinggal pada daging ini ketika lalat tersebut hinggap disitu. Hal ini akan lebih jelas lagi, apabila melihat keadaan pada stoples II, yang tertutup kain kasa. Pada kain kasa penutupnya ditemukan lebih banyak belatung, tetapi pada dagingnya yang membusuk belatung relative sedikit.
b.      Percobaan Lazzaro Spallanzani ( 1729-1799)
Seperti halnya Francesco Redi, Spallanzani juga menyangsikan kebenaran paham abiogeensis. Oleh karena itu, dia mengadakan percobaan yang pada prinsipnya sama dengan percobaan Francesco Redi, tetapi langkah percobaan Spallanzani lebih sempurna.
Sebagai bahan percobaannya, Spallanzani menggunakan air kaldu atau air rebusan daging dan dua buah labu. Adapun percoban yang yang dilakukan Spallanzani selengkapnya adalah sebagai berikut:
·         Labu I : diisi air 70 cc air kaldu, kemudian dipanaskan 15°C selama beberapa menit dan dibiarkan tetap terbuka.
·         Labu II : diisi 70 cc air kaldu, ditutup rapat-rapat dengan sumbat gabus. Pada daerah pertemuan antara gabus dengan mulut labu diolesi paraffin cair agar rapat benar. Selanjutnya, labu dipanaskan.selanjutnay, labu I dan II didinginkan. Setelah dingin keduanya diletakkan pada tempat terbuka yang bebas dari gangguan hewan dan orang. Setelah lebih kurang satu minggu, diadakan pengamatan terhadap keadaan air kaldu pada kedua labu tersebut.
Hasil percobaannya adalah sebagai berikut:
·         Labu I : air kaldu mengalami perubahan, yaitu airnya menjadi bertambah keruh dan baunya menjadi tidak enak. Setelah diteliti ternyata air kaldu pada labu I ini banyak mengandung mikroba.
·         Labu II : air kaldu labu ini tidak mengalami perubahan, artinya tetap jernih seperti semula, baunya juga tetap serta tidak mengandung mikroba. Tetapi, apabila labu ini dibiarkan terbuka lebih lama lagi, ternyata juga banyak mengandung mikroba, airnya berubah menjadi lebih keruh serta baunya tidak enak (busuk).
Berdasarkan hasil percobaan tersebut, Lazzaro Spallanzani menyimpulkan bahwa mikroba yang ada didalam kaldu tersebut bukan berasal dari air kaldu (benda mati), tetapi berasal dari kehidupan diudara. Jadi, adanya pembusukan karena telah terjadi kontaminasi mikroba darimudara ke dalam air kaldu tersebut. Pendukung paham Abiogenesis menyatakan keberatan terhadap hasil eksperimen Lazzaro Spallanzani tersebut. Menurut mereka untuk terbentuknya mikroba (makhluk hidup) dalam air kaldu diperlukan udara. Dengan pengaruh udara tersebut terjadilah generation spontanea.



c.       Percobaan Louis Pasteur (1822-1895)
Dalam menjawab keraguannya terhadap paham abiogenesis. Pasteur melaksanakan percobaan untuk menyempurnakan percobaan Lazzaro Spallanzani. Dalam percobaanya, Pasteur menggunakan bahan air kaldu dengan alat labu.
Langkah-langkah percobaan Pasteur selengkapnya adalah sebagai berikut:
·         Langkah I : labu disi 70 cc air kaldu, kemudian ditutup rapat-rapat dengan gabus. Celah antara gabus dengan mulut labu diolesi dengan paraffin cair.
·         Setelah itu pada gabus tersebut dipasang pipa kaca berbentuk leher angsa. Lalu, labu dipanaskan atau disterilkan.
·         Langkah II : selanjutnya labu didinginkan dan diletakkan ditempat yang aman. Setelah beberapa hari, keadaan air kaldu diamati. Ternyata air kaldu tersebut tetep jernih dan tidak mengandung mikroorganisme.
·         Langkah III : labu yang air kaldu didalamnya tetap jernih dimiringkan sampai air kaldu didalamnya mengalir kepermukaan pipa hingga bersentuhan dengan udara. Setelah itu labu diletakkan kembali pada tempat yang aman selama beberapa hari. Kemudian keadaan air kaldu diamati lagi. Ternyata air kaldu didalam labu meanjadi busuk dan banyak mengandung mikroorganisme.
Melaui pemanasan terhadap perangkat percobaanya, seluruh mikroorganisme yang terdapat dalam air kaldu akan mati. Disamping itu, akibat lain dari pemanasan adalah terbentuknya uap air pada pipa kaca berbentuk leher angsa. Apabila perangkat percobaan tersebut didinginkan, maka air pada pipa akan mengembun dan menutup lubang pipa tepat pada bagian yang berbentuk leher. Hal ini akan menyebabkan terhambatnya mikroorganisme yang bergentayangan diudara untuk masuk kedalam labu. Inilah yang menyebabkan tetap jernihnya air kaldu pada labu tadi. Pada saat sebelum pemanasan, udara bebas tetap dapat berhubungan dengan ruangan dalam labu. Mikroorganisme yang masuk bersama udara akan mati pada saat pemanasan air kaldu.
Setelah labu dimiringkan hingga air kaldu sampai kepern\mukan pipa, air kaldu itu akan bersentuhan dengan udara bebas. Disini terjadilah kontaminasi mikroorganisme. Ketika labu dikembalikan keposisi semula (tegak), mikroorganisme tadi ikut terbawa masuk. Sehingga, setelah labu dibiarkan beberapa beberapa waktu air kaldu menjadi akeruh, karena adanya pembusukan oleh mikrooranisme tersebut. Dengan demikian terbuktilah ketidak benaran paham Abiogenesis atau generation spontanea, yangmenyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari benda mati yang terjadi secara spontan.
Berdasarkan hasil percobaan Redi, Spallanzani, dan Pasteur tersebut, maka tumbanglah paham Abiogenesis, dan munculah paham/teori baru tentang awal mulamakhluk hidup yang dikenal dengan teori Biogenesis. Teori itu menyatakan :
·         omne vivum ex ovo = setiap makkhluk hidup berasal dari telur.
·         Omne ovum ex vivo = setiap telur berasal dari makhluk hidup, dan
·         Omne vivum ex vivo – setiap makhluk hidup berasal dari makhluk hidup sebelumnya.
Walaupun Louis Pasteur dengan percobaannya telah berhasil menumbangkan paham Abiogenesis atau generation spontanea dan sekaligus mengukuhkan paham Biogenesis, belum berarti bahwa masalah bagaimana terbentuknya makhluk hidup yang pertama kali terjawab.
Disamping teori Abiogenesis dan Biogenesis, masih ada lagi beberapa teori tentang awal mulakehidupan yang dikembangkan pleh beberapa Ilmuwan, diantaranya adalah sebagai berikut
1.      Teori kreasi khas, yang menyatakan bahwa kehidupan diciptakan oleh zat supranatural (Ghaib) pada saat yang istimewa.
2.      Teori Kosmozoan, yang menyatakan bahwa kehidupan yang ada di planet ini berasal dari mana saja.
3.      Teori Evolusi Kimia, yang menyatakan bahwa kehidupan didunia ini muncul berdasarkan hukum Fisika Kimia.
4.      Teori Keadaan Mantap, menyatakan bahwa kehidupan tidak berasal usul.




Sumber :
http://suparlinah.blogspot.co.id/2016/03/iv.html